Hai…hai…pa kabar…???
Entah kenapa pengen cerita tentang salah satu pengalaman
membahagiakan beberapa tahun yang lalu… Apaan tuhhh??? Yup, pengalaman merit
eike hehe… Yuukkk, mareee….
Setelah eike n abang setuju untuk menikah *suit…suit…., maka
serangkaian acara adat Batak pun mulai kami jalani. Meski keluarga eike dari
Selatan *yang punya adat tersendiri juga, diputuskan untuk mengikuti adat dari
Utara, karena keluarga besar eike mayoritas dari Utara, dan keluarga abang pun
demikian.
Acara adat ini resmi sifatnya, jadi meskipun kedua keluarga
kami sudah saling mengenal, teteup aja melakukan tahap-tahap ini. Tiap keluarga
bisa berbeda lho tapi intinya mah sama… Ini dia nih urutan acara adat yang eike
jalani sebelum ampe pesta pernikahan…cekidot guys…
1. MARHORI-HORI DINGDING ( perkenalan keluarga inti )
Beberapa bulan sebelum pesta pernikahan, keluarga pihak
laki-laki (paranak), waktu itu abang
dan kedua orang tuanya serta yang dituakan dalam keluarga, mengunjungi keluarga
pihak perempuan (parboru) alias
keluarga eike, dengan maksud memperkenalkan diri dan membicarakan mengenai
persiapan pernikahan.
Sebelum acara ini, eike n abang sudah hunting gedung2
pernikahan dulu, liat tanggal yang kosong, dan setelah dapat tempat yang pas, ternyataaaa
hari sabtu dan jumat nya sudah hampir penuh hingga 9 bulan kemudian. Buset dah…
Nah, pas acara ini, kami bilang aja sudah dapat gedung yang dicari tapi tanggal
yang kosong untuk tahun ini seminggu sebelum natal. Keluarga minta pastiin ke
CP gedung itu, dan mujizat terjadi…ada yang mengundurkan diri hari Jumat 4 Des,
yo wes langsung deh dibooked n bayar DP hari itu juga hehe… Praise The Lord…
*sebenarnya entah kenapa eike pengen banget nikah hari Jumat, dan
terkabul…senangnyaa… ternyata hari Sabtunya rekan kerja eike yang merit, sampe
kaget banget deh bisa sehari aja bedanya…
Setelah dapat tanggal dan gedung untuk pesta pernikahan,
mulai deh pembicaraan tentang persiapan lamaran, tunangan, dan pernikahan jadi
lancar urusannya *Puji Tuhan banget… termasuk saat membicarakan sinamot a.k.a.
mas kawin, semua sepakat dalam damai dan sejahtera…
Kenapa Marhori-hori Dingding hanya dilakukan oleh keluarga
inti aja, karena sesuai dengan artinya marhori = berkomunikasi, dingding =
dinding, alias pembicaraan di balik dinding sehingga pembicaraan ini sifatnya
pribadi dan belum bisa disiarkan ke keluarga dekat / besar dan khalayak luas
lainnya… hanya diketahui oleh keluarga inti…
Acara ini memang sengaja dibuat pas dengan makan siang, jadi
setelah lunch baru deh pembicaraan serius dimulai. Pihak parboru yang
menyediakan makan siang, pihak paranak membawa kue dan buah.
2. MARHUSIP ( perundingan diam-diam ) & PATUA HATA ( melamar
secara resmi )
Sekitar 4 bulan kemudian, sesuai hasil pembicaraan saat
hori-hori dingding, diadakanlah pertemuan yang lebih resmi antar keluarga
kandung / keluarga dekat dari kedua belah pihak di rumah pihak parboru *di
sukabumi tepatnya..khalayak luas masih belum boleh tahu...
Mulai dari acara ini kedua belah pihak, masing-masing sudah
didampingi oleh raja adat *klo dah ada
raja adat, dah lebih resmi lagi lho…! Oia, sebelumnya, hasil hori-hori dingding
sudah keluarga eike bicarakan dengan raja adat eike, ga hanya itu, sekalian
mengundang beliau sebagai raja adat di tiap acara adat selanjutnya, dan hebatnya
raja adat dari pihak eike ada 3 orang, bukan apa-apa raja adat utamanya sedang
sibuk jadi saling menggantikan deh, hehe…
Karena sudah lebih resmi, maka pihak paranak datang ke
tempat keluarga parboru dengan membawa tudu-tudu sipanganon, yaitu makanan adat
yang berupa kepala pinahan b*b*, sementara pihak parboru memberikan dengke alias
ikan mas. Para raja adat ini saling berpantun lho…! Setelah masuk rumah, pihak
paranak dan parboru duduk berhadapan deh.. *Tanda lain klo acara ini sudah lebih resmi. Konon
katanya dengan adanya makanan adat ini, artinya kedua raja sudah saling
menghormati dan menghargai.
Kemudian dimulai lagi deh perundingannya, yang dibahas
kurang lebih seh sama dengan waktu hori-hori dingding, hanya lebih detail, jadi
sekalian mensahkan hasil pembicaraan itu… Seperti :
- Marhata sinamot ( merundingkan mas kawin / mahar ) termasuk jumlah yang akan diserahkan saat lamaran dan saat di pesta *ini seh bagiannya paranak. dan panjuhuti alias jenis ternak yang akan dipotong saat pesta pernikahan *ini baru bagiannya parboru
- Jumlah ulos herbang (ulos yang diberikan parboru ke paranak), pihak eike sediain 17 ulos
- Tempat dan tanggal martumpol (tunangan) dan pernikahan, termasuk sibuha-buhai alias sarapan pagi pada hari H. *ini karena tempat pesta diselenggarakan di parboru a.k.a dialap jual.
- Jumlah undangan kedua belah pihak
Acara marhusip ini dilanjutkan dengan patua hata setelah
makan siang bersama. Para raja adat saling berpantun dan melamar secara resmi
sehingga rencana pernikahan ini sudah melibatkan kedua keluarga, bukan hanya
eike dan abang saja.
Lalu selama acara itu dimanakah eike? Di antara para
undangan? TIDAKKK… dimanakah? “sembunyi” alias tidak dilibatkan dan baru
dipanggil pada akhir acara, dipertemukan dengan abang untuk diperkenalkan ke
seluruh keluarga. Trus dapat nasehat
dari para raja adat deh.*Tidak boleh liat yang lain selain calon suami hehe…
Trus eike salam-salaman dengan keluarga paranak…abang dengan keluarga parboru
deh…
Tandanya acara ini selesai, sebelum ditutup dengan doa,
dibagikan uang ingot-ingot ke pihak keluarga, yang artinya acara ini sah dan
yang hadir jadi saksi yang mengingat akan adanya acara pernikahan di kemudian
hari dari kedua keluarga ini.
3. MARTUMPOL ( tunangan ) baca : Martuppol
Nah, sesuai dengan hasil marhusip, mulai deh mencatatkan
rencana tunangan dan pernikahan di gereja. Martumpol ini diadakan di gereja, 3
minggu sebelum hari H eike, lengkap dengan ibadah. Hanya saja dalam ibadah ini
ada pencatatan pertunangan kita di hadapan Tuhan, keluarga, dan jemaat. Setelah
martumpol, baru deh kegiatan pertunangan yang sudah dilaksanakan dan rencana
pernikahan di wartakan di warta jemaat gereja. Tujuannya, ada yang keberatan
kah dengan rencana ini? Jika tidak ada, lanjuuuttt ke hari H deh…
4. MARTONGGO RAJA DAN MARIA RAJA
Selesai martumpol, masih ada acara lho…!!! Dilanjutkan
dengan pembicaraan di rumah masing-masing pihak, disebut martonggo raja apabila
di tempat keluarga parboru, dan maria raja di keluarga paranak. Uniknya kami
masing-masing memakai ruang serba guna gereja yang hanya dipisahkan dengan
tirai. Jangan salah, teteup hikmat koq… *Bukti kekompakan 2 keluarga hehe….
Biasalah, setiap kumpul pasti selalu ada makan-makan
*makanannya enak lho yummy... Selesai ibadah martumpol, pihak parboru
membagikan snack kepada semua undangan yang hadir di ibadah. Kemudian kumpul
lagi bersama undangan yang mau martonggo raja dengan makan siang bersama.
Selesai lunch, ada acara memberi makan eike dan menabur beras ke kepala eike
oleh my daddy. Ini mah adat Selatan karena di atas nasi ada telur rebus… My dad
memberi pesan-pesan persiapan memasuki pernikahan, jadi istri yang baik dan
rajin, membawa berkat di keluarga nanti, diberkati dengan anak-anak dan
cucu-cucu yang baik dan takut akan Tuhan serta kesehatan yang prima, perbuatan
jangan membuat malu keluarga sendiri dan keluarga suami, rajin berdoa, dan
nasehat dari keluarga besar yang kurleb sama…*duh, moga2 teteup dimampukan
untuk menjalani nasehat2 tsb…amin..
Trus, ngapain lagi neh martonggo raja? Nah, pertemuan ini membahas
lebih detail lagi prosesi adat hari H…intinya mah pembagian tugas untuk hari H,
dari pagi ampe selesai….
5. Wedding Day
Cihuy…, hari H deh… Ada prosesi lagi lho, yuukk lanjuutt….
- MARSIBUHA-BUHAI ( sarapan pagi di hari H )
Sudah jadi kesepakatan bersama acara ini diadakan di ruang
serba guna gereja. Rombongan paranak datang menjemput eike dengan membawa makanan
adat na margoar, keluarga eike menyediakan dengke alias ikan mas, sebagai tanda
permulaan berbesanan. Abang datang membawa hand bouquette alias bunga tangan
eike, yang di dalamnya ada bunga corsage buat di jas bagian dada kiri abang…
Dilanjutkan dengan makan pagi bersama. Klo masih ada waktu dilanjutkan dengan
foto2 di studio mini dadakan *karena padatnya acara, kudu pintar2 deh atur
waktu…
- PAMASU-MASUON ( pemberkatan nikah )
Sebelum pemberkatan nikah di gereja, dilakukan pencatatan
sipil di konsistori. *Resmi jadi suami-istri justru dari Negara dulu neh… Setelah
pemberkatan nikah *resmi jadi suami-istri di hadapan Tuhan, dan ada cincin yang
melingkari jari manis kanan kami lho…trus, lanjut ke tempat pesta adat deh…
- MARUNJUK ( pesta adat )
Setelah eike, hubby *dah resmi kan hehe…, dan keluarga besar
sudah masuk dalam gedung,mulai deh pihak paranak dan parboru saling menyerahkan
makanan adat. Pihak paranak menyerahkan tudu-tudu
ni sipanganon berupa kerbau utuh yang telah dipotong dan disusun menjadi
beberapa bagian tertentu pada pihak parboru,
dan pihak parboru menyerahkan
dengke simudur-udur yaitu ikan
mas.
* konon katanya duluu, ikan yang diberikan adalah jenis ikan
yang hanya hidup di Danau Toba yang dagingnya manis rasanya. Ikan ini hidup di
air yang jernih (tio) dan jika berenang selalu beriringan (mudur-udur). Simbol
ini sebagai harapan supaya kedua pengantin dan keluarganya selalu seia-sekata
beriringan dan murah rejekinya. Berhubung nih ikan sudah jarang didapat,
diganti ikan mas deh, tapi makna yang diharapkan sama aja…
Setelah selesai, baru deh makan siang bersama yang didahului
dengan doa. Selanjutnya acara adat dilanjutkan dengan…
b. Pengumpulan Tumpak : tanda kasih yang dikumpulkan paranak dari semua undangannya. Setelah itu eike mengambil beberapa tanda kasih tersebut dan selebihnya untuk orang tua hubby.
c. Penyerahan Panggohi / Kekurangan Sinamot : penyerahan mas kawin yang belum diberikan dari pihak paranak ke parboru sesuai kesepakatan. Sebelumnya keluarga hubby, membawa sinamot tsb ke parhata atau juru bicara paranak untuk dihitung, kemudian dihitung lagi oleh parhata parboru, lalu diserahkan kpd my dad *seharusnya yang terima my mom but she has rest in peace,so sesuai kesepakatan my dad aja yang terima.
d. Panandaion : perkenalan keluarga paranak ke keluarga parboru.
e. Ulos Herbang : pihak parboru menyerahkan sesuai dengan kesepakatan. Diawali dengan pemberian ulos pasamot dari my dad kepada orang tua hubby yang maknanya agar dapat banyak berkat.
Ulos hela, dari my dad kepada eike dan hubby, maknanya supaya bersatu selamanya *ujung ulos di kiri eike dan di kanan hubby disatukan trus diikat, hehe…dan mandar atau sarung buat hubby untuk dipakai kerja saat ada pesta di parboru. Trus, daddy menabur beras a.k.a sipir ni tondi di atas kepala eike dan hubby sebanyak 3 kali. katanya seh agar selalu sehat, kuat menghadapi cobaan, dan tabah menghadapi masalah. Trus dilanjutkan hingga semua 17 ulos selesai diberikan…
f. Mangulosi : pemberian ulos sebagai lambang berkat dari semua keluarga parboru kemudian paranak kepada eike dan hubby, disertai pesan2 dan nasehat2…
g. Akhir Acara : ucapan syukur dari papa eike, papa hubby, eike, dan hubby... Dilanjutkan dengan parhata parboru dan paranak membagikan olop-olop.
h. Ulaon sadari : eike dan hubby berjalan dari pihak parboru ke pihak paranak diikuti keluarga besar eike yang membawa dengke dan lappet*kue khas batak dalam tandok*wadah dari anyaman pandan. Orang tua hubby menyambut eike dan hubby dengan menabur beras di atas kepala eike dan hubby sebanyak 3 kali sambil mengatakan Horas…Horas…Horas…
i. Penutup : seluruh acara ditutup dengan nyanyian dan doa yang dipimpin oleh parhata parboru.
Apakah benar-benar sudah selesai? Buat eike belum sodara2…
setibanya eike di rumah hubby, diadakanlah perkenalan dengan keluarga besar
yang sekandung dengan daddy nya hubby…, ada nasihat2 lagi dan ucapan syukur
lagi… Biasanya ada makan2 lagi, berhubung sudah larut ditiadakan deh…
*Dengan berakhirnya pesta adat ini berarti eike dan hubby
sudah sah sebagai suami-istri di mata masyarakat adat. Dalam sehari ada 3 tanda
sah, yaitu dari Negara, Gereja, dan adat. Senang banget, eike aja nulis ini
teteup senang dan rasanya sedang mengalami ratu sehari, padahal mah dah
bertahun2 yang lalu hehe…
Waktu itu semua acara berjalan lancar dan selesai
tepat waktu… Yaa, semua yang sudah terjadi dari awal perkenalan eike dan hubby
hingga pernikahan yang berlangsung hingga hari ini dan semua yang akan terjadi adalah
mujizat Tuhan dan mujizat itu masih terus berlangsung… Andalkan Tuhan
senantiasa yaaa, tidak ada yang mustahil bagi Dia… Praise The Lord… Amen…
TAMBAHAN
*Berhubung hubby adalah anak laki-laki pertama yang akan menikah
di keluarganya, maka pertama-tama orang tua hubby melakukan acara PATIUR BABA
NI MUAL alias permisi dan mohon doa restu dari Tulang ke pihak hula-hula
(kelompok marga mamanya hubby) Ã Secara adat, jodoh hubby adalah putri tulang yaitu anak
perempuan dari saudara kandung laki2 mama. Karena eike bukan putri tulang, maka
orang tua hubby membawa hubby permisi dan mohon doa restu tulang. Orang tua
hubby membawa makanan adat, dan pihak tulang memberikan ulos kepada hubby.
*Sekitar 1 bulan setelah merit, eike dan hubby pisah tempat
tinggalnya dari ortu alias dah di rumah sendiri *meski masih ngontrak hehe… Ini
dikatakan Manjae, pisah rumah dari ortu untuk hidup mandiri…
*Oia, yang eike tulis hanya garis besarnya yaa…klo ampe
detail buanyak banget…ini seh sebagai gambaran aja… Bangga deh jadi orang Batak
hehe… Horasss…!!!